Banjir Featuring Macet

 
Saya dan Turis asing di Jakarta...*kidding*


“Palu Butung”, makanan khas Makassar. Saudaranya kolak pisang berkuah putih bisa panas ataupun dingin. Menjadi menu snack Jumat sore, dihidangkan di gedung menza ( gedung upacara makan di kampus). Terburu-buru mulut saya kepanasan melahapnya, karena selanjutnya ada pelatihan Manajemen Disaster.


Sayangnya, bukan palu butung yang akan saya bahas kali ini, tetapi bisa menjadi anjuran sebagai menu pas di perut ketika dalam keadaan curah hujan tinggi dan terus – menerus seperti ini. 


Manajemen disaster bisa dibilang menu yang pas juga dengan keadaan disini, mungkin disana juga dimana-mana tentunya masih di Indonesia. Entah kenapa langit jadi sering menangis di awal 2013, menyebabkan banjir menjadi bencana populer nasional 2013. Pelatih membuka materi manajemen disaster dengan curhat tentang rumah tetangganya. Rumah tetangganya dengan model rumah panggungnya budaya Sulawesi Selatan yang berpindah tempat sampai 100 meter lebih akibat terbawa arus air. 


Teorinya, penanggulangan bencana khususnya banjir melalui tiga tahap, yaitu prabencana, ‘pasbencana’ (istilah saya :P), dan pascabencana sambut pelatih. Sekarang kita berada di tahap bencana sedang berlangsung, biasanya upaya prioritas adalah dilaksanakan evakuasi meminimalisir adanya korban jiwa.


Tapi disini bukan saya mengajak menikmati palu butung sambil nonton korban banjir yang memerlukan bantuan, sungguh tidak manusiawi, itu hanya menjadi pembuka saja walaupun agak ga nyambung hehe…

Bandingkan sejenak... :D

Dalam keadaan ‘pasbencana’,pandangan dari sisi personal, sangat bijak untuk berhenti sejenak aktif dengan mulut, selalu berbicara, hanya bisa menyalahkan pemerintah, ‘talkless do more’, simpan dulu semua kritik pedas itu dalam saku, sekarang waktunya gulung celana untuk ikut serta membantu sesama yang memerlukan bantuan, Insya Allah itu salah satu bentuk pahala apalagi dengan niat yang tulus. Minggu lalu juga segala bentuk bantuan sumbangan untuk korban banjir khususnya di sekitar Kabupaten Gowa berusaha di salurkan oleh lembaga kampus bersama Wahaya Wyata Praja (Badan Eksekutif Mahasiswa versi kampus ini) walaupun agak mendadak tapi meyakinkan. Ditambah lagi saya mendengar informasi, kawan – kawan yang berada di kampus Cilandak Jakarta juga banyak yang menyerahkan diri (bah, emang tawanan! :P) menjadi relawan membantu para korban banjir. Membuat saya menjadi sangat antusias juga untuk membantu wilayah banjir sekitar Sulsel, dan dapat membedakan mana kepala daerah yang peduli dengan meninggalkan ruang kenyamanannya dengan yang tidak. Seperti Bapak Jokowi yang sibuk berupaya maksimal di Ibu Kota sana, sekarang katanya sedang mengevakuasi korban banjir di Gedung UOB Plaza Jakarta, juga tidak kalah Bapak Dahlan Iskan yang ikut ‘nyemplung’ mengunjungi korban banjir di Cililitan Jakarta Timur. Salam antusias buat mereka !

Jokowi saat evakuasi korban banjir

Sutopo Purwo Nugroho, Kapusdata Informasi dan Humas BNPB mengatakan bahwa Presiden SBY menyampaikan agar semua pihak mendampingi dan mendukung Pemda DKI Jakarta dalam mengatasi banjir.

“Presiden menyampaikan, tidak masalah Istana terendam banjir. Yang penting masyarakat terlindungi. Lakukan upaya penanggulangan banjir dengan mengerahkan seluruh potensi nasional yang ada. Pantau terus perkembangan dan laporkan ke Presiden upaya penanggulangannya,” kata Sutopo mengutip pernyataan Presiden SBY yang tertuang dalam rilis BNPB. 


Dengan adanya banjir, justru memperparah kondisi kemacetan, khususnya di wilayah perkotaan, seperti Jakarta, Makassar, Bandung dan sekitarnya. Sebagai gambaran gamblang, Kota Bandung dalam kondisi bisa dibilang stabil ‘tanpa banjir’ sebelumnya, hari sabtu dan minggu macet di penuhi kendaraan plat nomor asing, selain plat nomor “D” pastinya. Apalagi dalam keadaan banjir, suasana bisa dipastikan akan semakin tidak kondusif, karena apapun bencananya, kerugian hasilnya. Jadi, banjir berkolaborasi dengan macet bukan alasan kita untuk selalu mengeluh, karena dengan hanya mengeluh tidak akan memecahkan masalah dan melahirkan solusi.


Pasti tidak cukup satu paragraf apabila selalu berorientasi dengan kerugian, tapi sekarang lebih baik berfikir , bagaimana cara membantu mereka dan meminimalisir dampak negatifnya ?


Upaya mikronya, boleh saya berpendapat, upayakan apa yang bisa kita berikan sebagai bantuan. Kita mempunyai alat pembantu, minimalnya diri kita sendiri, dengan tangan kita, setidaknya kita bisa membagikan konsumsi untuk para korban, dengan punggung kita, setidaknya bisa untuk menggendong nenek menuju perahu karet, dengan fikiran kita, setidaknya mungkin bisa memberikan sumbangsih ide dalam penerapan upaya nyata yang lebih baik dari sebelumnya. 


Upaya makronya, jelas dipaparkan oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Samsul Maarif mengatakan, untuk menanggulangi dan mengantisipasi dampak banjir di Indonesia, dirinya telah menetapkan dua kebijakan. "Kebijakan yang saya ambil, kita membentuk dua tim. Pertama, tim yang mengurus sungai yang dipimpin Pitoyo dari Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum," kata Sambul saat menggelar konferensi pers penanggulangan banjir di Jakarta dan beberapa daerah lainnya di Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta Selatan, Jumat kemarin.


Dijelaskan, tim ini akan mengatasi berbagai persoalan dan dinamika insfrastruktur  sungai di tanah air agar sesuai dengan fungsinya, sehingga tidak menyebabkan bencana banjir. "Untuk mengatasi kendala atau dinamika akibat sungai, seperti jebolnya tanggul Latuharhari yang tadi malam, ketika kami buka posko di sini sudah tertutup, tapi tadi pagi jebol lagi. Ini menjadi urusan PU," paparnya.


Kedua, yakni membentuk tim penanggulangan pengungsi di tingkat nasional yang akan dipimpin oleh Deputy Tanggap Darurat BNPB, Dody Ruswandi. Menurut Samsul, dirinya akan memimpin langsung kedua tim ini. "Saya sendiri akan memimpin dua kegiatan tersebut."
 (Sumber : gatra.com)


Mungkin, salah satu upaya nyata meminimalisir dampak kemacetan dari banjir adalah Pembatasan lalu lintas tertentu memasuki kawasan atau jalan tertentu, seperti diterapkan di Jakarta yang dikenal sebagai kawasan 3 in 1 atau contoh lain pembatasan sepeda motor masuk jalan tol, pembatasan mobil pribadi masuk jalur busway. 


Apakah upaya tersebut dapat dilaksanakan dengan baik ? 

Jawabannya kembali ke upaya mikro dan kesadaran secara penuh akan tingkat kepedulian kita terhadap keadaan saat ini dan sesama.
  1. Teh reti Says:

    Bandung masih rada aman bal cuma macet aja, salam buat org2 mksr dsn y

  1. noorz Says:

    ribet, masalah penduduknya dulu yang ditanggulangi. penduduk harus mulai lagi disebar supaya merata dan tidak menumpuk di satu tempat, dan cara lain nya adalah tidak lagi menumpuk segala sesuatunya di satu tempat, tapi mulai membaginya.

  1. . Says:

    bandung mh ga aneh skrg klo macet teh, ga mungkin disalamin satu2 teh hehe, disini jg banjir tp g separah di ibu kota

  1. . Says:

    itulah resiko sekaligus tanggung jawab yg di emban pemerintah, 'hrs mau ribet', krna di prediksi oleh para ahli di tahun 2015 jkrta macet total (dtmbah banjir 5 taun sekali), cara ekstrim'y mungkin ibu kota dipindahkan saja ke wilayah yg msh jarang kepadatan penduduk'y...

  1. THANK YOU FOR INFORMATION, Speak Your Mind

    krim pembesar pantat
    pelangsing badan herbal
    spray tahan lama
    obat pembesar penis
    obat penambah sperma
    obat pembesar payudara
    jual cialis
    perangsang wanita
    kianpi pil asli

    link bagi anda yang ingin cari alat bantu

    kondom getar
    vagina getar
    vagina senter
    vagina getar goyang
    celana pembesar
    alat pemanjang penis
    penis bendera
    penis isi air
    kapsul penggetar
    penis getar
    penis jumbo manual


Leave a Reply

"Man Jadda Wa Jadda"
-Arabian Quotes



"Knowledge Is Power"

-Francis Bacon


"Korupsi dipicu gaya hidup hedonis dan boros"


(Benar kan?).
-Eko Laksono

Arsip Blog