Menentukan dan Menemukan Ekspektasi

Kamis, 5 Maret 2015

Program Baca Bareng dan Opini Bareng 2015
Sudah hampir setengah tahun blog ini ditinggalkan oleh pemiliknya, entah kehilangan motivasi atau terlalu sok sibuk dengan pekerjaan, tapi kebiasaan positif itu patut dipertahankan.

 Saya akan mencoba kembali mencairkan otak saya yang sudah lama beku karena sudah lama meninggalkan rumus andalan yang dulu saya lakukan, "Read it, Remember it, Write it down"

Salah satu jurus untuk memecah kebekuan dan kebuntuan sense untuk menulis adalah bergabung di event tantangan baca bareng dan opini bareng BBI (Blogger Buku Indonesia) 2015. 

Tantangan baca bareng BBI adalah membaca dan mengulas 24 buku sesuai tema perbulannya, sedangkan event tambahan di 2015 yaitu opini bareng adalah menulis postingan sesuai tema yang ditentukan dan semuanya masih berkaitan dengan dunia buku.

Bagi siapa saja yang tertarik untuk bergabung dan bersedia berbagi opini tentang tema yang sudah ditentukan tiap bulannya di blogbukuindonesia.com  , dapat mengirim email berisi link blog milikmu ke  membershipbbi@gmail.com 

Tema opini bulan ini adalah eksptektasi. Lebih jelasnya dapat diuraikan, apa ekspektasimu terhadap sebuah buku (yang akan dibaca). Bicara masalah ekspekstasi menurut saya, kita seharusnya mengalamatkannya pada penulisnya. Bukan pada bukunya. Artinya sejauh apa kita mengenal penulisnya, sejauh itu ekspektasi kita pada karya - karyanya. Jadi, kalau kita tidak mengenal penulisnya. Barangkali ekspektasi kita kurang berdasar kuat.

Pengalaman saya dalam menimbang buku bertitik pada jenis bukunya, apakah novel, kumpulan cerpen, biografi, buku sejenis literature, buku terbitan lawas, dan sebagainya. Intinya, saya meletakan dulu jenis buku apa yang ingin saya baca lalu menyerahkan sepenuhnya pada buku itu seperti apa isinya. Saya akan mencoba untuk mengupas satu persatu sebagai berikut :

1. Novel

Untuk Novel, ada dua sumber yang saya gunakan sebagai referensi. Pertama, review teman - teman BBI. Dari proses pembacaan itu saya dapat membayangkan bagaimana isinya. Kedua, penulis novel yang sudah saya dengar sebelumnya. Untuk novel - novel Indonesia. saya lebih menyukai penulis yang pernah saya baca karangannya. Dengan demikian, saya memahami gaya penulisan ceritanya.

2. Kumpulan Cerpen

Bagi saya membaca kumpulan cerpen merupakan salah satu cara untuk menerobos kebuntuan membaca. Satu cerita pendek dapat dilahap dengan cepatm dan tidak perlu ada keterkaitan dengan cerita - cerita lainnya. Saya tidak memusingkan siapa yang menulis, apakah terkenal atau tidak. Bagi saya, setiap penulis cerita pendek memiliki kekhasannya masing - masing. Cerita - cerita pendek karangan Romo Mangun lebih menceritakan kehidupan sehari - hari. Eka Kurniawan, suka mengejutkan. Gustf Sakai banyak menceritakan daerahnya, Sumatra Barat. Demikian juga cerita - cerita pendek klasik, tidak terlalu menjadi beban untuk dicerna. Namun kesulitan menulis review cerpen ini adalah ketika kumpulan cerpen untuk pengarang yang berbeda - beda yang sering juga temanya tidak sama. Hal ini menjadi tantang tersendiri dalam mereviewnya.

3. Buku sejarah Politik

Tidak banyak ekspektasi dari jenis ini sebab misi saya adalah mencari informasi. Karena itu saya teliti betul apakah buku jenis ini sudah berisikan informasi yang saya butuhkan. Pada umumnya, jika sudah cocok pada satu penerbit, pertimbangan saya lebih kepada kredibilitas penerbit buku tersebut. Dari pengamatan saya, peminat buku jenis ini sudah tersegmentasi. Jadi, para penggemar bukunya akan selalu mencari jika ada edisi judul terbaru. Penerbit yang cukup terkenal memproduksi buku ini antara lain : Komunitas Bambu, Yayasan Obor Indonesia, Marjin Kiri, Kepustakaan Gramedia.

4. Kumpulan Tulisan (Essay)

Hampir mirip dengan kumpulan cerpen, kumpulan tulisan ini ada yang satu buku terdiri dari beberapa penulis atau satu buku hanya oleh satu penulis. Dari kumpulan tulisan (essay) ini saya mempelajari isinya serta belajar bagaimana menuangkan ide - ide dalam suatu penulisan yang terstruktur.

5. Kumpulan Puisi

Sebenarnya puisi ini yang sulit. Sebab membaca satu bait puisi sama sulitnya membaca puisi satu halaman. Sulit dalam arti mencoba menemukan makna kalimat - kalimat yang menyusunnya. Karena itu, saya tidak melihat siapa penulisnya. Semua buku kumpulan puisi saya coba lahap. Terkadang sari satu buku kumpulan tersebut, hanya satu atau dua saja yang saya suka. Barangkali hanya itu yang sesuai dengan harapan saya dan dapat dimengerti.

6. Buku - buku terbitan lawas

Salah satu "hobi" saya yang baru adalah menelusuri buku - buku terbitan Indonesia lama yang masih menggunakan ejaan oe, tj, dj, j. Intinya buku - buku yang masih berejaan sebelu EYD. Entah kenapa saya merasa di abad berbeda pada saat membaca buku - buku tersebut. Bagi saya, suatu keasyikan tersendiri menemukan Bahasa Indonesia sekarang bersumber dari bahasa Melayu yang boleh dibilang masih orisinil, tanpa pengaruh istilah asing yang diindonesiakan.

Sekali lagi menurut saya ekspektasi terhadap buku sebenarnya merupakan proses pencarian. Bila pada satu buku tidak memuaskan, maka cari lagi. Menurut saya, buku yang sesuai ekspektasi pada dasarnya adalah hasil komunikasi yang baik antara kita sebagai pembaca dengan penulisnya. dan mungkin itu juga seninya, dimana tidak semua buku sesuai harapan, agar kita menyadari tidak semua keinginan itu tercapai.


  1. Admin Says:

    Blognya keren banget mas.. :)

  1. Admin Says:

    Jika bersedia main-main ke blog saya ya mas...

    Movie1dua.com

    Terimakasih...

Leave a Reply

"Man Jadda Wa Jadda"
-Arabian Quotes



"Knowledge Is Power"

-Francis Bacon


"Korupsi dipicu gaya hidup hedonis dan boros"


(Benar kan?).
-Eko Laksono

Arsip Blog