Opini : Tentang Deux Ex Machina

Rabu, 18 Maret 2015


Program Baca Bareng dan Opini Bareng 2015
Tema bulan maret ini adalah deus ex machina, istilah tersebut terdengar asing di fikiran saya, sempat terbersit  deus ex  machina merupakan seorang tokoh penting dari negara Prancis tapi sebenarnya istilah tersebut merupakan salah satu teknik twist untuk menentukan ending dari suatu cerita baik di dalam buku seperti novel maupun film.

Twist adalah elemen cerita yang membuat pembaca/penonton biasanya sedikit kecewa di akhir. Biasanya di setting untuk meninggalkan kesan ironi yang mendalam. Lebih kepada sesuatu yang tidak disangka – sangka oleh pembaca/penonton.

Sebelum membahas deus ex machina lebih dalam, untuk menambah khazanah pengetahuan, alangkah  baiknya saya akan memperkenalkan ‘teknik’ twist lainnya. Berikut beberapa teknik untuk memberikan twist pada cerita :

1. Poetic Justice

Pada intinya kebaikan menang dan kejahatan kalah, seperti mayoritas ending yang dipakai di film – film action India tahun 80’an, biasanya diakhiri dengan bos penjahat yang mati.

2. Flashback

Cerita lebih banyak memperlihatkan adegan flashback yang tidak jelas dan seolah – olah menjadi puzzle untuk melengkapi cerita tersebut. Dan kejelasan dari flashback ini harus menjadi pemecah dari misteri keseluruhan cerita.

3. Peripeteia

Perubahan karakter Protagonis secara drastis dalam suatu cerita. Misal, Karakter Protagonis yang tadinya kaya menjadi miskin, sakit menjadi sehat begitupun sebaliknya.

4. Discovery

Mengacu kepada suatu fakta yang ditemukan oleh Karakter Protagonis yang mengejutkan dan biasanya berkebalikan dengan hal yang dikira oleh si Protagonis. Contoh konkritnya, bisa dilihat di film “Wanted”, tokoh utama tidak menyangka bahwa yang menjadi target adalah ayahnya sendiri.

5. Checkhov's Gun

Biasanya dipakai di cerita bergenre misteri dan peran utamanya adalah detektif. Teknis Twist ini dipakai untuk merubah tokoh yang awalnya terlihat seperti Seorang Protagonis tetapi pada endingnya adalah Tokoh Antagonis dari keseluruhan cerita tersebut.

6.Cliffhanger

Akhir cerita yang dibuat menggantung agar para pembaca/penonton di buat penasaran akan kelanjutannya. Si penulis cerita menggunakan teknik Cliffhanger untuk membuat cerita lainnya agar menjadi cerita atau kisah yang berkelanjutan. Misalnya, pada novel "Twilight Saga" dan film "The Hobbit Trilogy".

Masih banyak lagi beberapa ‘trik’ untuk memperkaya twist dalam suatu cerita, tapi yang di jelaskan di atas hanya merupakan beberapa teknik twist yang menurut saya menarik untuk dibahas.

Kembali ke pembahasan inti yang menjadi topik opini pada bulan ini. Menurut versi blogbukuindoensia.com, deus ex machina di sebut sebagai plot kebetulan atau curang. Penyelesaian masalah dalam suatu cerita yang dapat diselesaikan dengan bantuan yang datangnya tiba – tiba dan tepat waktu.

Seolah – olah dari awal sampai akhir masalah benar – benar sulit untuk diselesaikan. Tetapi pada saat menghampiri ending cerita, muncul suatu mukzizat, keajaiban, ataupun suatu karakter yang menyelesaikan semuanya dengan mudah. Bahkan terlampau mudah.

Kebanyakan orang berpendapat, ini biasanya terjadi kalau penulis sudah tidak tahu lagi mau memasukan plot apa. Membuat pembaca/penonton bingung, karena masalah yang ada diselesaikan dengan begitu mudah karena adanya pertolongan dari Tuhan (contoh), sehingga menyebabkan keseluruhan cerita jadi kehilangan tujuannya.

Tetapi saya mempunyai pendapat dan sudut pandang tersendiri mengenai deus ex machina. Suatu cerita dalam sebuah novel maupun di konversikan ke dalam bentuk visual menjadi film dapat di analogikan seperti  makanan.

Saya analogikan seperti makanan karena ‘lezat’ ataupun ‘gurih’, ‘suka’ ataupun ‘tidak suka’ itu ditentukan oleh selera masing – masing. Belum tentu seluruh manusia di dunia ini menyukai seafood tanpa memperhitungkan pula manusia yang alergi terhadap seafood. Belum tentu pula seluruh penikmat film ataupun pembaca buku tidak menyukai deus ex machina dalam cerita yang mereka nikmati. Karena riwayat para Nabi pun merupakan deus ex machina di dunia nyata.

Saya rasa, deux ex machina merupakan ‘trik’ yang bagus dan baik apabila dikemas, ditata, disimpan di alur cerita yang pas dan berkesan mendalam sehingga tidak akan ‘membunuh’ jalan cerita secara keseluruhan tetapi menjadi pelengkap cerita ataupun kisah secara utuh.

Seperti plot yang terdapat pada film “The War of The Worlds” yang di sutradarai oleh Stephen Spielberg dan dibintangi oleh aktor terkenal Tom Cruise.

Cuplikan film War of The Worlds - parlorofhorror.wordpress.com
Setelah para aliens menjajah planet bumi dalam beberapa hari dan menyebabkan perang antara manusia dan aliens sudah tidak dapat dihindari yang akan berujung pada nasib manusia di  tepi jurang kepunahan. Ternyata, para aliens tersebut mati dengan sendirinya karena tidak mempunyai imunitas.

Menurut saya dalam film tersebut, deux ex machina di kemas secara pas dan ideal, dan akhirnya penonton bisa menghela nafas lega karena hari kiamat dapat di tunda.

Saya lebih berselera ending cerita dimenangkan oleh pihak Protagonis dan pihak Antagonis justru dalam keadaan kalah, bagaimanapun cerita tersebut di olah dengan berbagai teknik twist maupun dengan polesan deux ex machina.

Daripada cerita yang berhasil membuat rasa penasaran yang menggebu – gebu tetapi ditutup dan dikunci dengan akhir yang tragis. Ini membuat saya lelah untuk mengikuti cerita yang diharapkan untuk mendapatkan kepuasan dan hiburan malah berujung pada kekesalan dan rasa penasaran yang tak terobati.

Poster Film The Mist (2007) - www.destructoid.com
Seperti pada film yang berjudul “The Mist”, karya Bapak Maestro Kisah Horror dunia, Stephen King. Seluruh jalan cerita benar – benar membuat saya penasaran, diawali dengan orang – orang yang terjebak di sebuah supermarket dan tidak berani pergi karena di luar terselubung oleh kabut dan terror dari makhluk – makhluk yang mengerikan.

Sungguh sangat disayangkan, endingnya menimbulkan berbagai pertanyaan dalam benak saya, “Kenapa kakek, nenek, bahkan anak si peran utama harus mati di tangannya sendiri ?” , “Kenapa  mereka lebih memilih berputus asa ria daripada tetap optimis menghadapi keadaan?”

Akhirnya film tersebut diakhiri dengan penyesalan  mendalam yang dialami oleh sang tokoh utama.

Menurut saya, daripada berakhir seperti itu, lebih baik di sulap dengan deux ex machina, walaupun terkesan solusi datang dengan tiba – tiba menyelesaikan semuanya, tetapi semua tokoh protagonis dapat selamat dengan keadaan sehat wal afiat.

Deux ex machina juga dapat dipakai sebagai alat untuk menjelaskan makna Kebesaran Tuhan pada cerita bergenre religius, membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, hal yang Impossible menjadi Possible, hal yang mustahil menjadi berhasil. Dapat disaksikan pada film “Noah” dan “Exodus : God and King”

Jadi menurut saya kembali ke selera  masing - masing. Baik opini tentang deux ex machina yang dianggap merupakan salah satu teknik menentukan plot yang gagal di dalam suatu cerita. 

Karena tujuan dari dibuatnya sebuah cerita oleh penulis maupun film selain untuk menghibur pada hakikatnya adalah untuk menyampaikan makna pada si pembaca dan si penonton. Jadi ketika makna tersebut dapat tersampaikan dengan baik meskipun memakai plot deux ex machina, kenapa harus dipandang sebelah mata ?

  1. hehe maneh mah lucu ah, cenah sesuai selera tapi ente "memaksakan" pembaca utk "menerima" plot deux ex machina?

    tapi, urg jujur resep ka the mist, ending na bener2 mengejutkan...

  1. . Says:

    siap lur nuhun kritik semoga kedepannya lebih jelas lagi haha..
    ending na goreng lur, 'kacida numatak kaduhung'

Leave a Reply

"Man Jadda Wa Jadda"
-Arabian Quotes



"Knowledge Is Power"

-Francis Bacon


"Korupsi dipicu gaya hidup hedonis dan boros"


(Benar kan?).
-Eko Laksono

Arsip Blog