05 Nov 2008 -
kota Parepare ( kota bagian bawah) |
Ini bukan cerita atau pengalaman teramat penting dan fenomenal, hanya satu dari satu milyar perjalanan hidup seorang manusia yang ingin menjadi manusia. Mungkin, ada hal yang luar biasa justru karena keremehannya yang luar biasa. Anyway biarlah sejenak otak kanan saya yang lebih dominan, leluasa keluar dari tempurung kepala, minta waktu sebentar untuk mengindahkan masalah hidup, problem politik yang kaya akan kosakata rumit.
Alkisah seorang pelajar asal pasundan nomaden yang lagi hijrah di kota Parepare...
Kota parepare tidak semetropolitan jakarta dan tidak seluas Bandung, hanya cukup setengah hari saja bisa mengelilingi kota ini. Tempat dimana Pak Habibie, mantan presiden RI lahir. Berbatasan dengan Kab. Sidrap, Kab. Pinrang dan Kab. Barru. Cocok menjadi tempat rehat para pendatang yang ingin berkunjung ke Tana Toraja ataupun ke Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Terbagi menjadi wilayah kota atas dan kota bawah. Kantor Walikota terdapat di kota atas, wilayah bukit yang akrab dengan warna hijau tua, cukup naek petepete (nama lain dari angkot disini) menuju kota atas, saya bisa melihat rentetan bangunan kota bawah yang sederhana mungkin seperti Bandung di era 80an, ditambah bonus panorama laut dengan garis cakrawala yang khas, batas pertemuan antara langit dan laut. Walaupun suhu udaranya semacam sauna raksasa tapi jarang banget ngedenger paduan suara bunyi klakson kendaraan gara-gara macet. Seolah - olah mengisyaratkan suatu ketenangan yang tersembunyi.
Kota parepare tidak semetropolitan jakarta dan tidak seluas Bandung, hanya cukup setengah hari saja bisa mengelilingi kota ini. Tempat dimana Pak Habibie, mantan presiden RI lahir. Berbatasan dengan Kab. Sidrap, Kab. Pinrang dan Kab. Barru. Cocok menjadi tempat rehat para pendatang yang ingin berkunjung ke Tana Toraja ataupun ke Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Terbagi menjadi wilayah kota atas dan kota bawah. Kantor Walikota terdapat di kota atas, wilayah bukit yang akrab dengan warna hijau tua, cukup naek petepete (nama lain dari angkot disini) menuju kota atas, saya bisa melihat rentetan bangunan kota bawah yang sederhana mungkin seperti Bandung di era 80an, ditambah bonus panorama laut dengan garis cakrawala yang khas, batas pertemuan antara langit dan laut. Walaupun suhu udaranya semacam sauna raksasa tapi jarang banget ngedenger paduan suara bunyi klakson kendaraan gara-gara macet. Seolah - olah mengisyaratkan suatu ketenangan yang tersembunyi.
Minggu Pertama
Disini "kami" atau "kita" diartikan tujuh orang yang ditakdirkan satu kelompok, berpraktek lap. di kantor Satpol PP dan satu induk semang (setempat tinggal) selama satu bulan. Para pendatang yang hobinya ngeluh sambil bergiliran kipas kepala pake sobekan kardus, "asli panas banget gilaa". Mau gak mau kita harus adaptasi menjadi manusia kaktus. Tahan panas setengah mampus. Kami numpang tinggal di rumah induk semang selama praktek lap. berlangsung, alhamdullilah mereka open minded banget dan ramah, seakan - akan mereka tidak riskan kalo isi kulkasnya habis kita makan, kebetulan orang yang menjabat sebagai ayah di rumah ini adalah senior kami. Seorang alumni. Mempunyai tiga orang anak. Anak pertama yang menikmati masa pubernya dengan kalem, si nomor dua yang cerewet plus hyper active, apalagi anak laki satu-satunya, si bungsu yang super ultimate hyper active, membuat markas kami di lantai dua menjadi ramai. Perpaduan antara keramaian dan kericuhan.
Rumah induk semang menurut saya strategis tapi agak jauh dari kantor. Stan martabak telor, aneka gorengan, sate bakar (mana ada sate di goreng & di rebus), tukang pulsa lengkap standby di mulut gerbang komplek. 200 meter dari rumah, terdapat mesjid hijau dengan menara yang menjulang tinggi. Di bagian atas menara ada pengeras suara bervolume maksimal, senantiasa memberi kabar waktunya shalat. Mesjid sedekat itu sungguh terlaaluu, kalo masih ada kaum adam yang shalat di rumah, lebih mending disini daripada mesjid dekat rumah saya di bandung, maksimal hanya satu shaf saja, itupun jarang ada anak mudanya, disini mesjid terisi sampai tiga shaf penuh.
Zul - Ujang - Makhlaufi - Orang aneh - Joop - Syaiful |
Orang aneh - Syaiful - Ujang - Zul - Marshy - Makhlaufi |
Pak Ustadz Fullan pernah berkata di dalam imajinasi saya, katanya kalo seorang lelaki jarang shalat di mesjid, mending shalatnya pake mukena aja...
Ajaib juga kalo ada orang mukanya sangar, badan engga beda jauh sama ade ray, pernah jadi model susu L-men edisi ketupat lebaran...
Shalat pake mukena pink cerah, bikin merinding...
Bahasa bugis Parepare |
Minggu Kedua
Panasnya parepare gak mempan lagi buat saya dongkol, meningkat dari sobekan kardus ke kipas angin. Ngantor di kantor satpol PP ternyata lebih banyak nongkrong di lapangan daripada nongkrong di depan meja, biasanya ngurusin berbagai berkas dan dokumen secara tertib administrasi. Kendaraan andalan satpol PP. Sebuah Truk abu-abu. Musuh bebuyutan para pedagang kaki lima yang tidak tertib sudah siap laksana Kuda Prabu Siliwangi bersiap untuk perang. Tentu saja orang yang paling sumringah di operasi lapangan (orlap) perdana ini adalah Joop, orang asli Menado yang menjadi sutradara pembuatan video Harlem Shake dance kami di kantor, saat masih sepi pegawai. Tapi maaf, videonya ga bisa di publish, terlalu sensitif kalo ngeksis pake nama lembaga. Nanti masuk berita lagi.
Razia Balo duet bareng kepolisian |
(astagfirulloh, jangan sampai deh).
Biasanya, maen kartu atau sekedar ngrumpi di teras atas setelah pulang ngantor, jadi aktivitas wajib buat kita. Apalagi bareng Syaiful, sering berkisah tentang konflik Ambon di sebrang sana, begitu enerjik memancing antusias saya ke tingkat fokus, mendengarkan apa yang dia utarakan, mengepresikan bunyi senapan AK-47 dan ledakan granat, antara kubu berikat kepala merah dan kubu berbusana serba putih. Tidak lupa Ujang, my sundanese best friend, teman dialog khusus di forum bahasa sunda. Saya selalu jadi pendengar setia curhatan akang ujang tentang neng geulisnya juga program Long Distance Relationship yang ia jalani. Bagi saya program LDR hanya khusus bagi keluarga. Masalah 'tulang rusuk' saya yang belum ditemukan, itu sudah ada yang atur. Tetap setia menjadi jomblo demi menempuh jalan yang halal, Amin. Suasana di lantai 2 rumah induk semang, dipenuhi keakraban tujuh orang asing dengan pemilik rumah, melebur seperti satu keluarga utuh.
Minggu ketiga
Pantai Lumpue |
Pantai Lumpue, daerah pesisir pantai yang padat pengunjung di kala weekend, bagi siapapun yang berminat maen air berjamaah bersama puluhan pengunjung lainnya, pantai lumpue destinasi yang tepat. Kalo berminat menyelam lebih jauh, bisa diliat objek keindahan terumbu Karang Tonrangeng, karena kawasan ini juga sebagai pusat pelestarian terumbu karang dan budidaya terumbu karang bagi warga masyarakat Parepare. Ada pula pantai Bibir. Pesisir pantai yang paling ramai di malam minggu. Maklum disini ga ada mall dan itu salah satu alasan saya tertarik sama parepare.Pro rakyat kecil. Tujuan terdekat untuk belanja atau wisata kuliner adalah sebelah barat pantai Bibir. Disana terdapat pasar malam dan stan kuliner terkumplit. Pisang Epe, pisang gepeng dengan kuah gula merah yang biasa saya temui di pinggiran pantai Losari, Makassar ternyata disini juga tersedia. Menikmati segelas sarraba (nama lain dari bandrek atau air jahe) di pesisir pantai dengan kawan seperjuangan adalah Secuil kebahagiaan dari indahnya kebersamaan.
Tempat nongkrong lainnya,bendungan Lappa Angin. Tinggal bawa termos kopi, rantang, cangkir sendiri, atau dispenser sekalian, tapi cok listriknya masukin ke hidung. ideal buat nongkrong di sore hari.
Ada niat sih, bawa oleh - oleh yang ga biasa. Mungkin berkunjung ke goa Tompangnge pilihan yang tepat. Lubang besar tempat para temannya batman bernaung, harus ditempuh dengan jalan kaki sekitar satu jam dari lokasi Pesantren DDI AL Badar. Jadi, jangan aneh kalo pulangnya, betis mengembang sampe sebesar singkong bengkak. Nah, Oleh - oleh gratisan dan 'ga biasa' itu menumpuk hangat di dalam dasar goa. Istilah Kerennya pupuk Guano. Kotoran kelalawar penyubur tanaman. Tinggal bawa karung besar, keruk pupuk guano sepuasnya, asalkan kuat menahan sensasi aromanya yang memikat.
Burial Culture @Tana_Toraja |
Weekend ini, ibu mengajak kami refreshing ke pantai Lumpue, terkecuali saya. Mungkin mereka berasumsi tentang perbedaan saya dengan mayat. Perbedaannya, saya punya skill buat ngorok (mendengkur) dan ngoroknya merdu. Persamaannya, sama - sama susah dibangunin. Karena setiap weekend, waktu khusus saya untuk hibernasi. Terutama Seusai shalat subuh. That's Sleeping Beauty time. (don't try this at home, nanti rezekinya dipatok ayam)
Minggu keempat
Nasu Palekko |
Katanya jangan lupa juga mampir ke Cafe Bang Ali. Apalagi, bagi supporter setia Manchester United. Disanalah, markas besar fans MU se-Kab. Sidrap dan sekitarnya. Jangan coba - coba pake jersey Liverpool ya kalo mampir. Tersedia satu cangkir kopi susu tiga warna. Saya kocek langsung berubah jadi satu warna. Unik ya, entah saya yang katro karena baru nemu kopi kaya gini. Rasanya juga 'pas'. Pas di mulut pas di dompet. berhubung ada yang traktir jadi pas banget pokoknya. Kak senior yang traktir bilang, resep kopinya rahasia, mungkin kalo di jual resepnya sampe 20 jutaan, agaknya sulit dipercaya deh. Tapi kalo mau nyontek cara buatnya gimana, memang susah, karena kopinya udah di pack per gelas besi tertutup pula. Jadi, kalo ada yang pesan, tinggal di panasin lalu dituangkan langsung ke cangkir. Utuh tiga warna. Kopinya diracik di dapur rahasia mungkin.
Nyicip Kopi Kafe Bang Ali |
Limited Edition of mantao Pare |
Alhamdullilah, kepasrahan saya akan jalan yang sudah digariskan oleh-Nya, menunjukan manfaat besar dari 'The Power of Silaturahmi'. Disini saya mendapatkan saudara baru.pengalaman baru. Koneksi baru akan garis silaturahmi yang baru. Ga ada ruginya punya ikatan silaturahmi dari sabang sampai merauke. Kenal Sama abang sampe pace.Yaa, minimalnya yang satu kampus. satu angkatan. Menemukan salah satu seni dalam menikmati hidup,yaitu membuat hal sepele menjadi berkesan. Well, seengganya untuk diri sendiri, menjadi memori manis untuk dikenang. Nikmat untuk diingat kembali ketika rambut saya sudah beruban, punya jenggot silver ala Professor Dumbledore.
Berwibawa dan ga lupa cuci jenggot tiga kali sehari pake shampoo kucing. Seger ya kayanya.
last dinner with kak Rasdy family |
Disana masih ada Mekkah, Mesir, London, Quebec, Tokyo, Swiss dan puluhan ribu tempat lainnya. Yang tanahnya belum saya pijak. Yang udaranya belum saya hirup. Hidup terlalu singkat untuk digunakan berpesimis ria. Tidaklah berdosa kan untuk berharap ? Semoga saja. Amin.
Untuk saat ini, waktunya saya kembali ke kandang, #eh maksudnya kembali ke kampus...
Ending Song : Ten2Five - Angin Mamiri (Lagu tradisional bugis)
[Download]
Angin Mamiri (Angin yg berhembus)
anging mammiri kupasang (aku selalu berharap pada angin yang berhembus)
pitujui tongtonganganna (sampaikan pesanku lewat kisi jendelanya)
tusarroa ta'kaluppa (pada seseorang yang selalu melupakan)
Battumi anging mammiri (datanglah angin yang berhembus)
anging ngerang dinging-dinging (angin yang membawa rasa duka)
Namalantang pa'risiku (biar kian dalam luka ini)
Eaule na mangu rangi (duhai, biar dia ingat kembali)
tutenayya... tutenayya pa'risina (betapa tidak pedulinya dia akan derita)
Eaule na mangu rangi (duhai, biar dia ingat kembali)
Mallo'lorang, mallo'lorang jene'mata (pada airmata yang senantiasa bercucuran)
tutenayya... tutenayya pa'risina (betapa tidak pedulinya dia akan derita)
Mallo'lorang, mallo'lorang jene'mata (pada airmata yang senantiasa bercucuran)
akh, indahnya pl hehehe