05 Nov 2008 -
Rabu, 18 Maret 2015
Menurut saya dalam film tersebut, deux ex machina di kemas secara pas dan ideal, dan akhirnya penonton bisa menghela nafas lega karena hari kiamat dapat di tunda.
Program Baca Bareng dan Opini Bareng 2015 |
Tema bulan maret ini adalah deus ex machina, istilah tersebut
terdengar asing di fikiran saya, sempat terbersit deus ex
machina merupakan seorang tokoh
penting dari negara Prancis tapi sebenarnya istilah tersebut merupakan salah
satu teknik twist untuk menentukan
ending dari suatu cerita baik di dalam buku seperti novel maupun film.
Twist adalah elemen cerita yang membuat pembaca/penonton biasanya
sedikit kecewa di akhir. Biasanya di setting untuk meninggalkan kesan ironi
yang mendalam. Lebih kepada sesuatu yang tidak disangka – sangka oleh
pembaca/penonton.
Sebelum membahas deus ex machina lebih dalam, untuk
menambah khazanah pengetahuan, alangkah
baiknya saya akan memperkenalkan ‘teknik’ twist lainnya. Berikut beberapa teknik untuk memberikan twist pada cerita :
1. Poetic Justice
Pada intinya kebaikan menang dan
kejahatan kalah, seperti mayoritas ending yang dipakai di film – film action
India tahun 80’an, biasanya diakhiri dengan bos penjahat yang mati.
2. Flashback
Cerita lebih banyak
memperlihatkan adegan flashback yang tidak jelas dan seolah – olah menjadi
puzzle untuk melengkapi cerita tersebut. Dan kejelasan dari flashback ini harus
menjadi pemecah dari misteri keseluruhan cerita.
3. Peripeteia
Perubahan karakter Protagonis
secara drastis dalam suatu cerita. Misal, Karakter Protagonis yang tadinya kaya
menjadi miskin, sakit menjadi sehat begitupun sebaliknya.
4. Discovery
Mengacu kepada suatu fakta yang
ditemukan oleh Karakter Protagonis yang mengejutkan dan biasanya berkebalikan
dengan hal yang dikira oleh si Protagonis. Contoh konkritnya, bisa dilihat di
film “Wanted”, tokoh utama tidak menyangka bahwa yang menjadi target adalah
ayahnya sendiri.
5. Checkhov's Gun
Biasanya dipakai di cerita
bergenre misteri dan peran utamanya adalah detektif. Teknis Twist ini dipakai
untuk merubah tokoh yang awalnya terlihat seperti Seorang Protagonis tetapi
pada endingnya adalah Tokoh Antagonis dari keseluruhan cerita tersebut.
6.Cliffhanger
Akhir cerita yang dibuat
menggantung agar para pembaca/penonton di buat penasaran akan kelanjutannya. Si
penulis cerita menggunakan teknik Cliffhanger untuk membuat cerita lainnya agar
menjadi cerita atau kisah yang berkelanjutan. Misalnya, pada novel "Twilight
Saga" dan film "The Hobbit Trilogy".
Masih banyak lagi beberapa ‘trik’
untuk memperkaya twist dalam suatu cerita, tapi yang di jelaskan di atas hanya
merupakan beberapa teknik twist yang menurut saya menarik untuk dibahas.
Kembali ke pembahasan inti yang
menjadi topik opini pada bulan ini. Menurut versi blogbukuindoensia.com, deus ex machina di sebut sebagai plot kebetulan atau curang. Penyelesaian masalah
dalam suatu cerita yang dapat diselesaikan dengan bantuan yang datangnya tiba –
tiba dan tepat waktu.
Seolah – olah dari awal sampai
akhir masalah benar – benar sulit untuk diselesaikan. Tetapi pada saat
menghampiri ending cerita, muncul suatu mukzizat, keajaiban, ataupun suatu
karakter yang menyelesaikan semuanya dengan mudah. Bahkan terlampau mudah.
Kebanyakan orang berpendapat, ini
biasanya terjadi kalau penulis sudah tidak tahu lagi mau memasukan plot apa.
Membuat pembaca/penonton bingung, karena masalah yang ada diselesaikan dengan
begitu mudah karena adanya pertolongan dari Tuhan (contoh), sehingga
menyebabkan keseluruhan cerita jadi kehilangan tujuannya.
Tetapi saya mempunyai pendapat
dan sudut pandang tersendiri mengenai deus ex machina. Suatu cerita dalam sebuah novel maupun di konversikan ke dalam
bentuk visual menjadi film dapat di analogikan seperti makanan.
Saya analogikan seperti makanan
karena ‘lezat’ ataupun ‘gurih’, ‘suka’ ataupun ‘tidak suka’ itu ditentukan oleh
selera masing – masing. Belum tentu seluruh manusia di dunia ini menyukai seafood tanpa memperhitungkan pula manusia yang alergi terhadap seafood. Belum
tentu pula seluruh penikmat film ataupun pembaca buku tidak menyukai deus ex machina dalam cerita yang mereka
nikmati. Karena riwayat para Nabi pun merupakan deus ex machina di dunia nyata.
Saya rasa, deux ex machina
merupakan ‘trik’ yang bagus dan baik apabila dikemas, ditata, disimpan di alur
cerita yang pas dan berkesan mendalam sehingga tidak akan ‘membunuh’ jalan
cerita secara keseluruhan tetapi menjadi pelengkap cerita ataupun kisah secara
utuh.
Seperti plot yang terdapat pada
film “The War of The Worlds” yang di sutradarai oleh Stephen Spielberg dan
dibintangi oleh aktor terkenal Tom Cruise.
Cuplikan film War of The Worlds - parlorofhorror.wordpress.com |
Setelah para aliens menjajah
planet bumi dalam beberapa hari dan menyebabkan perang antara manusia dan aliens
sudah tidak dapat dihindari yang akan berujung pada nasib manusia di tepi jurang kepunahan. Ternyata, para aliens
tersebut mati dengan sendirinya karena tidak mempunyai imunitas.
Menurut saya dalam film tersebut, deux ex machina di kemas secara pas dan ideal, dan akhirnya penonton bisa menghela nafas lega karena hari kiamat dapat di tunda.
Saya lebih berselera ending
cerita dimenangkan oleh pihak Protagonis dan pihak Antagonis justru dalam
keadaan kalah, bagaimanapun cerita tersebut di olah dengan berbagai teknik
twist maupun dengan polesan deux ex machina.
Daripada cerita yang berhasil
membuat rasa penasaran yang menggebu – gebu tetapi ditutup dan dikunci dengan akhir
yang tragis. Ini membuat saya lelah untuk mengikuti cerita yang diharapkan
untuk mendapatkan kepuasan dan hiburan malah berujung pada kekesalan dan rasa
penasaran yang tak terobati.
Poster Film The Mist (2007) - www.destructoid.com |
Seperti pada film yang berjudul “The
Mist”, karya Bapak Maestro Kisah Horror dunia, Stephen King. Seluruh jalan
cerita benar – benar membuat saya penasaran, diawali dengan orang – orang yang
terjebak di sebuah supermarket dan tidak berani pergi karena di luar terselubung
oleh kabut dan terror dari makhluk – makhluk yang mengerikan.
Sungguh sangat disayangkan, endingnya
menimbulkan berbagai pertanyaan dalam benak saya, “Kenapa kakek, nenek, bahkan
anak si peran utama harus mati di tangannya sendiri ?” , “Kenapa mereka lebih memilih berputus asa ria daripada
tetap optimis menghadapi keadaan?”
Akhirnya film tersebut diakhiri
dengan penyesalan mendalam yang dialami
oleh sang tokoh utama.
Menurut saya, daripada berakhir
seperti itu, lebih baik di sulap dengan deux ex machina, walaupun terkesan
solusi datang dengan tiba – tiba menyelesaikan semuanya, tetapi semua tokoh
protagonis dapat selamat dengan keadaan sehat wal afiat.
Deux ex machina juga dapat
dipakai sebagai alat untuk menjelaskan makna Kebesaran Tuhan pada cerita
bergenre religius, membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin, hal yang
Impossible menjadi Possible, hal yang mustahil menjadi berhasil. Dapat
disaksikan pada film “Noah” dan “Exodus : God and King”.
Jadi menurut saya kembali ke selera masing - masing. Baik opini tentang deux ex machina yang dianggap merupakan salah satu teknik menentukan plot yang gagal di dalam suatu cerita.
Karena tujuan dari dibuatnya sebuah cerita oleh penulis maupun film selain untuk menghibur pada hakikatnya adalah untuk menyampaikan makna pada si pembaca dan si penonton. Jadi ketika makna tersebut dapat tersampaikan dengan baik meskipun memakai plot deux ex machina, kenapa harus dipandang sebelah mata ?
hehe maneh mah lucu ah, cenah sesuai selera tapi ente "memaksakan" pembaca utk "menerima" plot deux ex machina?
tapi, urg jujur resep ka the mist, ending na bener2 mengejutkan...